Rabu, 04 November 2009

Money Doesn't Grow on Trees

On a Tuesday, we held a side-event on our plan to reduce emissions deforestation and degradation or REDD. The discussion featured speakers from some of the region's most affected by forest destruction—Brazil, Papau New Guinea, and Indonesia—as on the ground, intimate knowledge of local conditions are essential to designing a successful protection program.

Ending deforestation is a crucial component to tackling climate change since some 20 percent of all greenhouse gas emissions globally come from forest destruction and degradation—more than all the world’s planes, trains, ships, and automobiles.

Greenpeace has proposed a plan for REDD that strives to achieve real, verifiable emissions reductions with a system that protects the rights of indigenous peoples and maintains the irreplaceable biodiversity of tropical forests with a fund-based financing program.

Brazil has already approved a funding mechanism, the Amazon Fund, which is much touted at the climate talks. Indonesia’s support today of an Indonesian Fund is an indication that a flexible approach to a REDD fund can be a big win not only for the climate but also for the forests, their biodiversity and the peoples that depend on them.

In Barcelona Greenpeace is working to get a REDD deal with the following components:

-One that doesn’t treat tropical forests only as carbon sinks, but recognizes and preserves their biodiversity and the rights of the indigenous people and other forest dependent communities that dwell there.

-One that does not create a loophole for industrialized countries to avoid emissions reductions or logging companies to shift their practices elsewhere. But instead ensures absolute emissions reductions in tropical forests and preserves incentives for industrialized countries to reduce domestic emissions dramatically.

Prevented deforestation should not be turned into emission allowances for countries. Forest offsets would crash the international carbon market and allow the coal industry to continue building power stations in the future.

Sumber : http://weblog.greenpeace.org/climate/2009/11/money_doesnt_grow_on_trees_1.html

GREENPEACE,THE BIGGEST LOSER

Oil is already a losing horse. It is a non-renewable and dwindling source of energy, and according to a study by Association For the Study of Peak Oil (ASPO-USA) we already reached peak oil - in 2005. Since we have already burned the majority of our oil resources from this point on oil only gets more expensive and difficult to find, process, and use. (Not to mention that continuing to burn whatever is left will spell climate catastrophe.) It is high time to recognize the losing nature of oil and move on - and many of us already have.

But the oil industry is having serious trouble coming to terms with its status as 'loser'. Many other losers can probably sympathize. First there is denial: the oil industry continues to ignore winning energy strategies (renewables!) and instead shows off its own unique brand of innovation by finding many new, ridiculously costly and massively destructive ways to flog its own (losing and) dead horse. A good example of this flogging? Tar sands oil.

Sumber : http://weblog.greenpeace.org/climate/2009/11/tar_sands_oil_biggest_loser.html

tarsands.jpg

Pemilihan Teknologi Pengelolaan Limbah

Pemilihan proses yang tepat didahului dengan mengelompokkan karakteristik kontaminan dalam air limbah dengan menggunakan indikator parameter yang sudah ditampilkan di tabel di atas. Setelah kontaminan dikarakterisasikan, diadakan pertimbangan secara detail mengenai aspek ekonomi, aspek teknis, keamanan, kehandalan, dan kemudahan peoperasian. Pada akhirnya, teknologi yang dipilih haruslah teknologi yang tepat guna sesuai dengan karakteristik limbah yang akan diolah. Setelah pertimbangan-pertimbangan detail, perlu juga dilakukan studi kelayakan atau bahkan percobaan skala laboratorium yang bertujuan untuk:

  1. Memastikan bahwa teknologi yang dipilih terdiri dari proses-proses yang sesuai dengan karakteristik limbah yang akan diolah.
  2. Mengembangkan dan mengumpulkan data yang diperlukan untuk menentukan efisiensi pengolahan yang diharapkan.
  3. Menyediakan informasi teknik dan ekonomi yang diperlukan untuk penerapan skala sebenarnya.
Sedimentation
Sedimentation. Sebuah primary sedimentation tank di sebuah unit pengolahan limbah domestik. Sedimentation tank merupakan salah satu unit pengolahan limbah yang sangat umum digunakan.
Bottomline, perlu kita semua sadari bahwa limbah tetaplah limbah. Solusi terbaik dari pengolahan limbah pada dasarnya ialah menghilangkan limbah itu sendiri. Produksi bersih (cleaner production) yang bertujuan untuk mencegah, mengurangi, dan menghilangkan terbentuknya limbah langsung pada sumbernya di seluruh bagian-bagian proses dapat dicapai dengan penerapan kebijaksanaan pencegahan, penguasaan teknologi bersih, serta perubahan mendasar pada sikap dan perilaku manajemen. Treatment versus Prevention? Mana yang menurut teman-teman lebih baik?? Saya yakin kita semua tahu jawabannya

Sumber : http://majarimagazine.com/2008/01/teknologi-pengolahan-air-limbah/

TEKNOLOGI PENGELOLAAN AIR LIMBAH

Tujuan Utama pengolahan air limbah ialah untuk mengurai kandungan bahan pencemar di dalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba patogen, dan senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang terdapat di alam. Pengolahan air limbah tersebut dapat dibagi menjadi 5 (lima) tahap:

  1. Pengolahan Awal (Pretreatment)
    Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menghilangkan padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah. Beberapa proses pengolahan yang berlangsung pada tahap ini ialah screen and grit removal, equalization and storage, serta oil separation.
  2. Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)
    Pada dasarnya, pengolahan tahap pertama ini masih memiliki tujuan yang sama dengan pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah pada proses yang berlangsung. Proses yang terjadi pada pengolahan tahap pertama ialah neutralization, chemical addition and coagulation, flotation, sedimentation, dan filtration.
  3. Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)
    Pengolahan tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat-zat terlarut dari air limbah yang tidak dapat dihilangkan dengan proses fisik biasa. Peralatan pengolahan yang umum digunakan pada pengolahan tahap ini ialah activated sludge, anaerobic lagoon, tricking filter, aerated lagoon, stabilization basin, rotating biological contactor, serta anaerobic contactor and filter.
  4. Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment)
    Proses-proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga ialah coagulation and sedimentation, filtration, carbon adsorption, ion exchange, membrane separation, serta thickening gravity or flotation.
  5. Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)
    Lumpur yang terbentuk sebagai hasil keempat tahap pengolahan sebelumnya kemudian diolah kembali melalui proses digestion or wet combustion, pressure filtration, vacuum filtration, centrifugation, lagooning or drying bed, incineration, atau landfill.
Sumber : http://majarimagazine.com/2008/01/teknologi-pengolahan-air-limbah/

KLASIFIKASI LIMBAH B3

mudah meledak (explosive);
pengoksidasi (oxidizing);
sangat mudah sekali menyala (extremely flammable);
sangat mudah menyala (highly flammable);
mudah menyala (flammable);
amat sangat beracun (extremely toxic);
sangat beracun (highly toxic);
beracun (moderately toxic);
berbahaya (harmful);
korosif (corrosive);
bersifat iritasi (irritant);
berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment);
karsinogenik (carcinogenic);
teratogenik (teratogenic);
mutagenik (mutagenic).

Sumber : http://auliachemy.wordpress.com/

LIMBAH

LIMBAH : SISA SUATU USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

LIMBAH B3 : LIMBAH YANG MENGANDUNG BAHAN BERBAHAYA DAN/ATAU BERACUN YANG KARENA SIFAT DAN/ATAU KONSENTARSINYA DAN/ATAU JUMLAHNYA, BAIK SECARA LANGSUNG MAUPUN TIDAK LANGSUNG, DAPAT MENCEMARKAN DAN/ATAU MERUSAKKAN LINGKUNGAN HIDUP, DAN/ATAU MEMBAHAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP, KESEHATAN, KELANGSUNGAN HIDUP MANUSIA SERTA MAKHLUK HIDUP LAINNYA.

Sumber : http://auliachemy.wordpress.com/

Senin, 02 November 2009

PENGELOLAAN SDA

KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI
Sistem kawasan lindung
Pembagian keuntungan yang adil

BIOTEKNOLOGI
Biotek pertanian, kedokteran dan lingkungan
Keamanan biologis

PENGELOLAAN TERPADU DAERAH PESISIR DAN LAUT
Pengembangan dan perlindungan daerah pesisir dan pulau
Daerah ekonomi ekslusif
Dampak perubahan iklim dan gelombang pasang
Pengembangan kawasan perbatasan dengan Negara lain

Sumber : http://auliachemy.wordpress.com/

PENGELOLAAN LIMBAH

PERLINDUNGAN ATMOSFIR
Effisiensi dalam pengadaan energi
Pencegahan penipisan lapisan ozon
Pencegahan meningkatnya pemanasan global
Transport polutan jarak jauh antara lain asap

PENGELOLAAN BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA
Klasifikasi dan pelabelan bahan kimia
Informasi kepada masyarakat
Pencegahan lalulintas bahan kimia secara ilegal

PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA
Minimisasi limbah B-3
Pencegahan lalulintas limbah bahan berbahaya dan beracun
Institusi pengelola B-3

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF
Pengaturan sumber limbah radioaktif
Pengelolaan limbah radioaktif

PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DAN CAIR
Minimisasi limbah
Daur ulang
Teknik pengelolaan limbah
Pengolahan dan pembuangan limbah yang akrab lingkungan

Sumber : http://auliachemy.wordpress.com/

LIMBAH B 3 MENURUT SUMBERNYA

1 LIMBAH B 3 DARI SUMBER TIDAK SPESIFIK
2 LIMBAH B 3 DARI SUMBER SPESIFIK
3 LIMBAH B 3 DARI BAHAN KIMIA KADALUARSA, TUMPAHAN, BEKAS KEMASAN, DAN BUANGAN PRODUK YANG TIDAK MEMENUHI SPESIFIKASI
LIMBAH B3 DARI SUMBER TIDAK SPESIFIK.

LIMBAH B3 YANG UMUMNYA BUKAN BERASAL DARI PROSES UTAMANYA, TETAPI BERASAL DARI KEGIATAN PEMELIHARAAN ALAT, PENCUCI, PENCEGAHAN KOROSI, PELARUT KERAK, PENGEMASAN DLL

LIMBAH B3 DARI SUMBER SPESIFIK : LIMBAH B3 SISA PROSES SUATU INDUSTRI ATAU KEGIATAN YANG SECARA SPESIFIK DAPAT DITENTUKAN.


Sumber:http://auliachemy.wordpress.com/

Minggu, 01 November 2009

BEBERAPA SIFAT FISIKA AIR

Suhu air adalah derajat panas air yang dinyatakan dalam satuan derajat Celcius.

Warna adalah warna nyata dari air yang dapat disebabkan oleh adanya ion metal (besi dan mangan) humus, plankton, tumbuhan air dan limbah industri, yang dimaksud dengan warna adalah warna nyata yang kekeruhannya telah dihilangkan, sedangkan yang dimaksud dengan warna tampak adalah warna yang tidak hanya disebabkan zat-zat terlarut dalam air akan tetapi juga zat tersuspensi, yang dinyatakan dalam satuan warna skala PtCo.

Kekeruhan adalah sifat optik dari suatu larutan yang menyebabkan cahaya yang melaluinya terabsorbsi dan terbias dan dihitung dalam satuan mg/L SiO2 atau Unit Kekeruhan Nephelometri (UKN). Kekeruhan di dalam air disebabkan oleh adanya zat tersuspensi seperti lempung, lumpur, zat organik, plankton dan zat-zat halus lainnya.

Kejernihan adalah dalamnya lapisan air yang dapat ditembus oleh sinar matahari yang dinyatakan dalam satuan cm.

Residu Total adalah residu yang tersisa setelah penguapan contoh dan dilanjutkan dengan pengeringan pada suhu tertentu secara merata dan dinyatakan dalam satuan mg/L

Residu Tersuspensi adalah berat zat padat dalam air yang tertahan pada penyaring dengan kertas saring yang berpori sebesar 0,45 mm dan dikeringkan pada suhu tertentu secara merata dan dinyatakan dalam satuan mg/L

Residu Terlarut adalah berat zat padat dalam air yang lolos pada penyaring dengan kertas saring yang berpori sebesar 0,45 mm dan dikeringkan pada suhu tertentu secara merata dan dinyatakan dalam satuan mg/L

Residu Total terurai adalah bagian berat dari residu total yang terurai menjadi gas pada pemanasan dengan suhu tertentu dan dinyatakan dalam satuan mg/L

Residu Tersuspensi Terurai adalah bagian berat dari residu tersuspensi yang terurai menjadi gas pada pemanasan dengan suhu tertentu dan dinyatakan dalam satuan mg/L

Residu Terikat adalah bagian berat residu total atau residu tersuspensi yang tidak terurai menjadi gas pada pemanasan dengan suhu tertentu dan dinyatakan dalam satuan mg/L

Residu Mengendap adalah zat padat yang dapat mengendap selama waktu tertentu dan dinyatakan dalam satuan mg/L atau mL/L.

Derajat keasaman (pH) adalah logaritma negatif dan aktifitas ion hidrogen dalam suatu larutan. Derajat keasaman (pH) air, penting untuk menentukan nilai daya guna perairan baik untuk keperluan rumah tangga, irigasi, kehidupan organisme perairan dan kepentingan lainnya. Nilai pH suatu perairan mencirikan keseimbangan antara asam dan basa dalam air dan merupakan pengukuran konsentrasi ion hidrogen dalam larutan. Mengingat nilai pH ditentukan oleh interaksi berbagai zat dalam air termasuk zat-zat yang secara kimia maupun biokimia tidak stabil maka penentuan pH harus dilakukan setelah pengambilan contoh dan tidak dapat diawetkan. pH dapat diukur dengan metode kolorimetri dan elektrometri. Metode elektrometri lebih banyak digunakan di laboratorium dan lapangan karena lebih teliti dan praktis.

Daya Hantar Listrik (DHL) adalah kemampuan dari larutan untuk menghantarkan arus listerik yang dinyatakan dalam mmhos/cm, kemampuan tersebut antara lain tergantung pada kadar zat terlarut yang mengion di dalam air, pergerakan ion, valensi dan suhu.

Salinitas/Kegaraman adalah merupakan residu terlarut dalam air, apabila semua bromida dan iodida dianggap sebagai klorida.
Klorositi adalah kadar klor dalam satuan g/L yang digunakan pada perhitungan salinitas.

Sumber : http://auliachemy.wordpress.com/


 

This Template is Brought to you by : AllBlogTools.com blogger templates